Demplot SLI
Dusun Ngguling, Desa Pakunden Kecamatan Ngluwar membudidayakan padi lokal
jenis menthik wangi susu yang berumur lama kurang lebih 100-110 hst.
Padi jenis ini mempunyai karakteristik tinggi batang 100-123 cm, umur tanaman
120-125 hst, secara visual tampak lebih tinggi dari padi varietas unggul dan
varietas lokal lainnya. Batang padi jenis ini lebih lunak karena kandungan
glukosenya lebih banyak. Dari tingkat preferensi makan serangga, jelas padi
jenis ini sangat disukai berbagai jenis hama, dengan analisa tersebut.
Beberapa hama
utama tanaman padi adalah wereng batang coklat, tikus, penggerek batang
sedangkan penyakitnya adalah blast, tungro dan kresek. Hama dan penyakit utama
tersebut paling sering menyerang padi dan serangannya cukup tinggi, rata-rata
sudah di atas 5 %. Bahkan hama utama tersebut dapat menyebabkan gagal panen
atau puso.
Di samping hama
utama ada beberapa hama sekunder atau hama yang serangannya ˂5 %, hama yang
kurang potensial dalam merusak tanaman budidaya namun jika dibiarkan dapat
menjadi hama utama. Seperti yang terjadi di demplot SLI Desa Pakunden yang
telah terselenggara pada bulan Maret-Juni lalu. Hama ulat grayak yang selama
ini menjadi hama sekunder bagi tanaman padi, tiba-tiba meledak populasinya dan
sangat infektif.
Ulat grayak
atau ulat tentara (Spodoptera litura) merupakan serangga polifag
(pemakan segala) yang tentunya mempunyai insting kuat tatkala tersedia pakan
melimpah dan faktor abiotik mendukung perkembangannya. Biasanya ulat grayak
ditemukan menyerang komoditas hortikultura seperti cabe, kacang, sayuran hijau
dll. Saat fase vegetatif, belum tampak adanya gejala serangan ulat grayak,
populasi pun belum ditemukan. Setelah fase generatif, populasi ulat grayak
mulai ditemukan namun hanya 8 populasi.
Setelah
memasuki 85 hst serangan ulat grayak mulai meningkat, gejalas erangan mulai
terlihat dan petani menuturkan akibat populasi yang tinggi, aktivitas makan
ulat grayak terdengar telinga normal manusia karena terjadi di malam hari.
Populasi mencapai 5 ekor tiap rumpun atau 10 ekor tiam m², dengan intensitas
kerusakan mencapai 30%. Apalagi ulat grayak menyerang menjelang panen, ulat
tidak hanya memakan daun padi namun batang malai padi sehingga menyebabkan
batang patah dan bulir padi berjatuhan. Hal ini menyebabkan menurunnya produksi
padi .
Kondisi yang
demikian menyebabkan diijinkannya penyemprotan insektisida kimia sesuai anjuran
untuk mengendalikan populasi ulat dan mencegah perkembanganbiakan populasi
baru. Jika peserta SLI jeli dalam rangkaian pengamatan sebelum populasi tinggi,
tentu tidak akan terjadi peleakan populasi.
Saat ditemukan
populasi ulat grayak sebanyak 8 ekor, tentu sudah ada peletakan dan penetasan
telur di tanaman yang lain di sekitarnya. Siklus hidup ulat grayak berkisar 30
-60 hari, umur telur 2-4 hari, larva yang terdiri dari 5 instar : 20 – 46
hari,, pupa 8 – 11 hari. Seekor ngengat betina meletakkan telur
2000-3000 telur. Fakta tersebut membuktikan bahwa seorang petani harus
melakukan :
1. Pengamatan
harian dan mingguan sangat penting dilakukan untuk mengetahui kondisi yang
terjadi di pertanaman
2. Memilih
varietas tahan dan disesuaikan kondisi musim yang sedang berlangsung
3. Menanam tanaman padi secara serempak untuk menghindari ketersediaan pakan yang terus menerus
Perbandingannya
adalah tanaman padi di sebelah demplot SLI varietas Ciherang sama sekali tidak diserang ulat
grayak tersebut. Mengapa bisa demikian? Seperti yang diungkapkan di atas,
serangga mempunyai sifat preferensi makan. Didukung karakteristik tanaman padi
menthik wangi susu yang berbatang lunak dan beras yang enak juga disukai
beberapa serangga hama termasuk ulat grayak. Tanaman padi demplot SLI ini juga
merupakan satu-satunya petak tanaman padi yang paling subur, karena dipupuk
sesuai anjuran dan diairi sesuai kebutuhan sehingga menjadikan tanaman padi ini
tingkat preferensinya tinggi. Dian R Harsono (POPT Magelang)
Fenomena tersebut menjadi pelajaran bahwa jangan meremehkan hama sekunder, karena didukung fakta-fakta di lapangan tersebut di atas, mengakibatkan hama sekunder dapat menjadi hama utama yang mengancam produksi padi. Pengamatan rutin padi adalah harga mati bagi kelangsungan budidaya tanaman pangan maupun hortikultura.
Created At : 2018-12-14 00:00:00 Oleh : DIAN RAKHMAWATI HARSONO, SP POPT KAB. MAGELANG Artikel Dibaca : 5066