HAMA SEKUNDER MENGANCAM TANAMAN PADI


Created At : 2018-12-14 00:00:00 Oleh : DIAN RAKHMAWATI HARSONO, SP POPT KAB. MAGELANG Artikel Dibaca : 5066


Demplot  SLI Dusun Ngguling, Desa Pakunden Kecamatan Ngluwar membudidayakan padi lokal jenis  menthik wangi susu yang berumur lama kurang lebih 100-110 hst. Padi jenis ini mempunyai karakteristik tinggi batang 100-123 cm, umur tanaman 120-125 hst, secara visual tampak lebih tinggi dari padi varietas unggul dan varietas lokal lainnya. Batang padi jenis ini lebih lunak karena kandungan glukosenya lebih banyak. Dari tingkat preferensi makan serangga, jelas padi jenis ini sangat disukai berbagai jenis hama, dengan analisa tersebut.

Beberapa hama utama tanaman padi adalah wereng batang coklat, tikus, penggerek batang sedangkan penyakitnya adalah blast, tungro dan kresek. Hama dan penyakit utama tersebut paling sering menyerang padi dan serangannya cukup tinggi, rata-rata sudah di atas 5 %. Bahkan hama utama tersebut dapat menyebabkan gagal panen atau puso.

Di samping hama utama ada beberapa hama sekunder atau hama yang serangannya ˂5 %, hama yang kurang potensial dalam merusak tanaman budidaya namun jika dibiarkan dapat menjadi hama utama. Seperti yang terjadi di demplot SLI Desa Pakunden yang telah terselenggara pada bulan Maret-Juni lalu. Hama ulat grayak yang selama ini menjadi hama sekunder bagi tanaman padi, tiba-tiba meledak populasinya dan sangat infektif.

Ulat grayak atau ulat tentara (Spodoptera litura) merupakan serangga polifag (pemakan segala) yang tentunya mempunyai insting kuat tatkala tersedia pakan melimpah dan faktor abiotik mendukung perkembangannya. Biasanya ulat grayak ditemukan menyerang komoditas hortikultura seperti cabe, kacang, sayuran hijau dll. Saat fase vegetatif, belum tampak adanya gejala serangan ulat grayak, populasi pun belum ditemukan. Setelah fase generatif, populasi ulat grayak mulai ditemukan namun hanya 8 populasi.

Setelah memasuki 85 hst serangan ulat grayak mulai meningkat, gejalas erangan mulai terlihat dan petani menuturkan akibat populasi yang tinggi, aktivitas makan ulat grayak terdengar telinga normal manusia karena terjadi di malam hari. Populasi mencapai 5 ekor tiap rumpun atau 10 ekor tiam m², dengan intensitas kerusakan mencapai 30%. Apalagi ulat grayak menyerang menjelang panen, ulat tidak hanya memakan daun padi namun batang malai padi sehingga menyebabkan batang patah dan bulir padi berjatuhan. Hal ini menyebabkan menurunnya produksi padi .

Kondisi yang demikian menyebabkan diijinkannya penyemprotan insektisida kimia sesuai anjuran untuk mengendalikan populasi ulat dan mencegah perkembanganbiakan populasi baru. Jika peserta SLI jeli dalam rangkaian pengamatan sebelum populasi tinggi, tentu tidak akan terjadi peleakan populasi.

Saat ditemukan populasi ulat grayak sebanyak 8 ekor, tentu sudah ada peletakan dan penetasan telur di tanaman yang lain di sekitarnya. Siklus hidup ulat grayak berkisar 30 -60 hari, umur telur 2-4 hari, larva yang terdiri dari 5 instar : 20 – 46 hari,, pupa 8 – 11 hari.  Seekor ngengat betina meletakkan telur 2000-3000 telur. Fakta tersebut membuktikan bahwa seorang petani harus melakukan :

1. Pengamatan harian dan mingguan sangat penting dilakukan untuk mengetahui kondisi yang terjadi di pertanaman

2. Memilih varietas tahan dan disesuaikan  kondisi musim yang sedang berlangsung

3. Menanam tanaman padi secara serempak untuk menghindari ketersediaan pakan yang terus menerus


Perbandingannya adalah tanaman padi di sebelah demplot SLI varietas Ciherang sama sekali tidak diserang ulat grayak tersebut. Mengapa bisa demikian? Seperti yang diungkapkan di atas, serangga mempunyai sifat preferensi makan. Didukung karakteristik tanaman padi menthik wangi susu yang berbatang lunak dan beras yang enak juga disukai beberapa serangga hama termasuk ulat grayak. Tanaman padi demplot SLI ini juga merupakan satu-satunya petak tanaman padi yang paling subur, karena dipupuk sesuai anjuran dan diairi sesuai kebutuhan sehingga menjadikan tanaman padi ini tingkat preferensinya tinggi. Dian R Harsono (POPT Magelang)

Fenomena tersebut menjadi pelajaran bahwa jangan meremehkan hama sekunder, karena didukung fakta-fakta di lapangan tersebut di atas, mengakibatkan hama sekunder dapat menjadi hama utama yang mengancam produksi padi. Pengamatan rutin padi adalah harga mati bagi kelangsungan budidaya tanaman pangan maupun hortikultura.

 

 

GALERI FOTO

Agenda

Tidak ada acara