MENCAPAI SWASEMBADA DAGING SAPI DI INDONESIA YANG AGRARIS (BAG. I)


Created At : 2016-08-15 03:17:47 Oleh : Parjo, SP- Penyuluh Pertanian Madya BPPK Pakis Berita Terkini Dibaca : 567

Negara Indonesia dari sebelum dan sesudah penjajahan bahkan sampai sekarang masih layak disebut sebagai negara agraris. Disebut negara agraris karena sebagian besar penduduknya bekerja dibidang pertanian. Sebagai negara agraris urusan pertanian dan produksi pangan  menjadi  bagian yang sangat penting dimana penduduknya sebagian besar sebagai produsen.

Tidak bisa dipungkiri bahwa pangan merupakan kebutuhan pokok hidup manusia yang sangat sangat penting. Upaya untuk swasembada pangan terus dilakukan dengan meningkatkan produksi baik melalui cara intensifikasi maupun ekstensifikasi. Swasembada pangan yang ingin dicapai tidak terbatas pada beras saja tetapi juga pemenuhan kebutuhan akan protein hewani.

Upaya penyediakan kebutuhan daging dalam negeri melalui beberapa  program salah satu diantaranya adalah dengan peternakan sapi. Wacana untuk swasembada daging sapi telah dimulai sejak tahun 2000,  selanjutnya 2005, 2010, 2014 dan sampai tahun ini tetap dilanjutkan untuk swasembada.

Hasil dari wacana tersebut memang belum terealisasi dengan baik sehingga untuk mencukupi kebutuhannya harus mendatangkan dari luar negeri dengan cara impor. Impor daging beku menjelang hari raya Idhul Fitri 1437H ini mampu menurunkan harga daging dipasaran hingga Rp 80.000/ kg.

Rendahnya harga daging sapi disambut positif oleh para konsumen dan pedagang makanan berbasis daging sapi. Tetapi bagaimana nasib para peternak sapi?. Rendahnya Harga daging sapi bisa saja berdampak redupkan usaha peternakan lokal karena harga sapi bakalan dan sapi siap potong  harganya menurun.

Pemerintah terus berupaya untuk mencapai swasembada daging melalui perbaikan peternakan sapi. Dengan swasembada daging sapi  ada beberapa hal yang dapat diambil manfaat diantaranya  adalah penciptaan lapangan kerja pada agroinput, budidaya peternakan sapi dan pemasaran, serta penghematan devisa negara.  Daging juga sebagai  bahan pangan bergizi tinggi untuk pertumbuhan dan kesehatan. Cara untuk mencapai swasembada daging sapi dapat ditempuh dengan berbagai langkah antara lain.

1.    Harga Yang Layak

Harga yang wajar, harga yang layak, harga diatas harga break even point sangat diharapkan oleh produsen termasuk peternak sapi karena dengan harga yang layak peternak akan mendapatkan keuntungan yang layak pula. Harga yang terlalu tinggi akan membuat kepanikan bagi konsumen tetapi harga yang rendah akan merugikan produsen.

Impor yang kurang terkendali akan memicu rendahnya harga daging dalam negeri yang kurang menguntungkan bagi peternak dan pedagang sapi. Rendahnya harga daging berdampak pada rendahnya harga sapi siap potong, Sapi bakalan dan bibit. Dampak berikutnya dapat menurunkan semangat peternakan sapi untuk berkontribusi dalam usaha swasembada. 

Kebiasaan  para peternak sapi  untuk menjual ternaknya pada hari hari menjelang hari raya keagamaan nasional dengan harapan mendapatkan harga tinggi.  Pada hari hari raya keagamaan nasional tingkat konsumsi kebutuhan pokok meningkat termasuk konsumsi daging sapi, sehingga harga merangkak jauh  lebih tinggi. Harga daging sapi yang tinggi di hari raya keagamaan nasional dapat memacu dan merangsang usaha peternakan dan pendorong bangkitnya peternakan  rakyat.

2.    Perbanyak Sapi Betina Produktif dan Gertak Birahi

Pepatah Arab mengatakan negara yang kaya ternak tidak pernah miskin, negara yang miskin ternak tidak pernah kaya. Indonesia mempunyai ragam jenis ternak penghasil daging yang potensial diantaranya ternak unggas, kelinci, kambing,  domba, kerbau dan sapi yang didukung oleh hijauan yang tumbuh sepanjang tahun serta limbah hasil panen yang melimpah.  

Kekayaannya berupa ternak sapi memang belum mencukupi dan cenderung mengalami defisit sehingga harus impor.  Upaya peningkatan produksi menuju swasembada daging sapi dapat ditempuh melalui peningkatan populasi ternak sapi.

Peningkatan populasi sapi dilakukan guna mengimbangi jumlah sapi yang dipotong. Populasi sapi diperbanyak dengan cara memperbanyak sapi betina produktif dengan harapan dapat melahirkan anakan sapi. Upaya mengefektifkan pelarangan pemotongan induk sapi betina produktif dan  memberi insentif pada peternak pemelihara sapi betina bunting merupakan bagian dari cara  peningkatan populasi. Pemberian insentif dimaksudkan agar peternak lebih menyukai ternak sapi betina untuk memproduksi pedet. 

Untuk mempercepat populsi ternak sapi selain perbanyak sapi betina produktif juga dilakukan gertak birahi dan inseminasi buatan. Dengan gertak birahi akan terjadi birahi massal yang siap di kawin suntik secara masal  yang kemudian akan dipanen pedet dengan jumlah banyak secara bersamaan.  Memperpendek jarak beranak dari 18 bulan menjadi 14 bulan sehingga waktunya lebih efisien.

 3.    Menurunkan Mortalitas Pedet

Manajemen pemeliharaan pedet baru lahir merupakan salah satu bagian penting dalam menyiapkan bibit sapi yang bermutu ( Ariffien 2015 ).  Diperlukan penanganan yang benar mulai dari pedet sampai mencapai usia sapi dara siap dikawinkan. Penangan pedet pada saat lahir meliputi pembersihkan lendir yang ada dimulut, hidung dan tubuh dengan handuk yang bersih, memotong tali pusar  sepanjang 10 cm diolesi dengan yodium tinkture, memberikan jerami kering untuk alas, pencatatan dengan kartu recording, berikan colustrum secepatnya paling lambat 30 menit setelah lahir, segera bersihkan ambing dan puting induk dengan air hangat dan susukan pedet yang baru dilahirkan. Dengan penanganan pedet yang baik diharapkan tingkat kematian pedet dapat ditekan seminimal mungkin. Tingkat kematian pedet di Indonesia masih cukup tinggi  yakni 5 %. Periode yang sangat peka terhadap berbagai faktor dan dapat menimbulkan kematian adalah masa menyusu yakni sebelum pedet berumur 3 bulan. Penyebab kematian pedet pada masa tersebut kebanyakan karena diare. Penyebab kematian pedet juga karena kekurangan nutrisi atau pakan pada induknya yang berakibat pedet yang dilahirkan lemah dan tidak sehat.

4.    Pembangunan Kelembagaan Tani

Pentingnya kelembagaan berupa kelompok tani bagi peternak sapi diantaranya sebagai kelas belajar guna meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam uasaha peternakan sapi.

Wahana kerjasama kelompok tani merupakan tempat untuk memperkuat kerjasama, membangun jejaring dengan pihak lain termasuk dengan sumber permodalan. Unit produksi : usahatani ternak yang dilakukan oleh masing masing anggota kelompok tani secara keseluruhan  harus dipandang sebagai suatu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi baik dipandang dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinyuitas. Dengan berkelompok para peternak sapi rakyat dapat menghimpun kekuatan, memudahkan pembinaan dan pengorganisasian serta memudahkan dalam upaya memecahkan masalah secara bersama sama.

GALERI FOTO

Agenda

Tidak ada acara