Penggemar Anggrek, Waspada Kutu Gajah !


Created At : 2017-04-13 06:37:59 Oleh : DIAN R HARSONO Berita Terkini Dibaca : 10478
Bagi para penggemar anggrek mungkin sudah banyak yang tahu tentang hama kutu gajah (Orchidophilllus atterimus), namun tak jarang yang belum mengetahui tentang hama yang sangat berbahaya ini. Sekilas tak tampak adanya gejala serangan kutu gajah di tanaman anggrek kita. Hama ini menyerang anggrek jenis bulan (Phalaenopsis), dendrobium, vanda, gramatophyllum bahkan jenis anggrek tanah. Hama ini adalah jenis kutu (weevil), karakteristik kutu adalah jika ada gerakan benda lain atau makhluk lain mudah  sembunyi, kutu gajah akan sembunyi di lipatan daun dan batang  atau di dalam pucuk-pucuk daun, begitu ada gerakan. Sedangkan sebutan gajah, karena hama ini mempunyai tipe mulut yang memiliki moncong seperti belalai gajah. Gejala serangan kutu gajah khas, yaitu : kutu anggrek/kutu gajah larva dan dewasanya memiliki moncong,  memakan bunga dan jaringan muda masa pertumbuhan anggrek (batang, akar, atau daun). Kutu gajah dewasa betina makan dengan membuat lubang sampai pada bulb bulb batang atau bagian tanaman lain. Menggali ke dalam batang dan meletakkan telur. Larva menetas dan melanjutkan makan, serta membentuk serat-serat dari hasil mengerat untuk membentuk pupa. Bulb/tunas menjadi berhenti tumbuh, dan gagal membentuk bunga. Kutu gajah dapat hidup selama 9 bulan sampai satu tahun.



Beberapa pengusaha anggrek mengatakan jika sudah terserang kutu gajah dengan intensitas kerusakan tinggi/parah, maka tanaman terserang harus dibakar, memang termasuk hama yang sulit untuk dikendalikan. Dengan kata lain dimusnahkan dan area bekas tanaman dan sekitar jangan digunakan lagi untuk sementara, sampai adanya penyeterilan di tempat tersebut. Namun, berbeda dengan kasus yang pernah dan masih terjadi di Taman Anggrek Borobudur. Serangan kutu gajah sekira 70 % kerusakannya menyerang anggrek dendrobium dan 10 %  tanaman anggrek dendrobium sudah tidak dapat diselamatkan lagi. Serangan mulai nampak pada akhir tahun 2016. Selanjutnya, akibat pengamatan yang tidak maksimal dan belum mengetahui cara pengendalian yang tepat, serangan terus berlanjut. Pengendalian tidak dilakukan dengan pemusnahan (eradikasi), namun dilakukan pengendalian secara mekanis. Yaitu, pengambilan hama kutu gajah baik, jenis ulatnya (larva), kepompong (pupa), dewasa (imago). Pengambilan larva tidak mudah, karena harus membuka batang dengan ciri batang yang sudah berlubang dan jika dipegang batangnya sudah lunak. Begitu juga dengan batang yang di dalamnya terkandung pupa, batang dipotong dan dikupas seperti yang terlihat pada gambar berikut ini :




Pengambilan serangga hama dewasa/kutu gajah dengan cara mengambil dengan tangan “handpicking”atau melalui cara mekanis kemudian membunuhnya. Saat matahari mulai naik, kumbang akan terlihat merayap di permukaan daun, dan terbang dari satu tanaman ke tanaman yang lain. Saat itulah kutu gajah dapat diambil secara manual. Apabila tanaman anggreknya banyak, cari gejala tanaman yang sudah parah, kemudian dimusnahkan. Cara yang kedua adalah dengan cara kimiawi : penyemprotan insektisida, yaitu campuran insektisida sistemik dan kontak, dengan tetap memperhatikan dosis. Untuk langkah preventif dapat menggunakan insektisida kontak berbahan aktif organophosphat atau pyrethroid secara berkala dan serentak dengan cara: 1. Gunakan insektisida kontak pada pagi hari, tujuannya membasmi kutu gajah dewasa dan menghentikan perkembangannya 2. Setelah satu minggu gunakan insektisida sistemik tujuannya untuk menjangkau larva yang berada didalam pseudobulb/ batang yang tidak mungkin dijangkau insektisida kontak. Jika larva memakan bagian tanaman ini akan membuatnya keracunan. Minggu ketiga kembali gunakan insektisida kontak, untuk mengantisipasi kalau saja pada minggu-minggu sebelumnya ada telur yang belum menetas dan ada larva yang selamat. Dan yang terakhir gunakan kembali insektisida sistemik hal ini untuk membasmi generasi terakhir kutu gajah dalam waktu satu bulan pembasmiannya. Menjaga kebersihan media tanam dan kebun juga merupakan langkah preventif menghindari munculnya kutu gajah. Untuk anggrek jenis spesies atau anggrek alam, letakkan pada pohon pohon. Biarkan hidup secara alami tanpa dipupuk atau disemprot pestisida. Karenanya predator alami juga hidup nyaman.Gunakanlah insektisida dengan dosis anjuran serta diselang seling dengan bahan aktif yang berseda agar mengurangi resistensi/kebalnya  hama serta pencemaran yang berlebih.
Serangga hama dewasa (kutu gajah) yang ditemukan berbentuk seperti gambar berikut ini :



*)Dian Rakhmawati Harsono
Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman
    


GALERI FOTO

Agenda

Tidak ada acara