PETANI !!! WASPADA JAMUR P. GRISEA MENCEKIK LEHER


Created At : 2016-11-21 05:51:52 Oleh : MUH. IQBAL BPPK NGLUWAR Berita Terkini Dibaca : 2318

Petani harus lebih berhati-hati pada saat musim penghujan atau musim kering yang masih terdapat hujan dengan intensitas yang cukup tinggi akibat El Nino Cuaca. Karna pada musim inilah kelembaban udara meningkat, hal ini sejalan dengan peningkatan pertumbuhan cendawa / jamur. Ancaman ini datang dari kelompok jamur terutama jamur dari ras Pyricularia grisea. Jamur ini merupakan jamur penyebab penyakit bercak daun dan busuk leher malai pada tanaman padi.

Pada kondisi yang memungkinkan serangan jamur dimulai dari persemaian padi, pertanaman hingga fase berbuah yakni dengan menyerang pada malai padi. Kerugian akibat jamur ini bisa berakibat fatal menyebabkan kerugian pada petani yang cukup besar karna bulir padi tidak dapat terisi secara maksimal atau sering disebut kapak kosong.

Jamur Pyricularia grisea mempunyai banyak ras, ras-ras tersebut dapat berubah dan terbentuk ras baru dengan cepat apabila populasi tanaman atau sifat ketahanan tanaman berubah. Penyakit busuk leher malai atau blas leher (neck blast) pada awalnya menyerang pada padi gogo tetapi akhir-akhir ini sudah menyebar pada padi lahan irigasi.

Pada kondisi lingkungan yang mendukung, satu siklus penyakit blas yaitu dimulai ketika spora jamur menginfeksi dan menghasilkan suatu bercak pada tanaman padi dan berakhir ketika jamur bersporulasi dan menyebarkan spora baru melalui udara terjadi dalam kurun waktu 1 minggu. Selanjutnya dari satu bercak dapat menghasilkan ratusan sampai ribuan spora dalam 20 hari. Penyebaran spora terjadi selain oleh angin juga oleh biji dan jerami.

Cendawan Pyricularia sp dapat menyerang tanaman padi pada semua fase tanaman. Pada fase persemaian dan vegetative, cendawan ini menyerang daun sehingga disebut Blas Daun.

Pada fase tanaman tua (generative) umumnya menyerang leher malai, malai padi, bulir padi, ruas buku batag dan kolar daun sehingga disebut penyakit Blas Leher atau Busuk Leher, Patah Leher, Tekek (jawa Tengah) dan Kecekik (Jawa Barat).

Peyakit blas ini tidak hanya menyerang tanaman padi tetapi juga tanaman lain seperti gandum, sorgum dan spesies rumput-rumputan. Spora jamur mampu bertahan dalam sisa jerami sakit dan gabah sakit. Dalam keadaan kering dan suhu kamar, spora masih bertahan hidup sampai satu tahun, sedangkan miselia mampu bertahan sampai lebih dari 3 tahun. Penyakit blas lebih menyukai kondisi periode embun yang panjang, kelembaban yang tinggi dan temperature malam hari sekitar 22 – 29 0C.

Faktor-faktor lain yang mendukung perkembangan penyakit blas antara lain pemupukan unsur Nitrogen yang berlebihan, kondisi tanah, kelembaban, pengairan, suku dan ketahanan varietas. Oleh karena itu pengendalian penyakit blas dianjurkan secara terpadu dengan berbagai cara untuk menekan perkembangan penyakit. Berikut cara pengendalian penyakit Blas pada tanaman padi : 



PENCEGAHAN

Pencegahan serangan busuk leher malai dengan menggunakan varietas tahan sesuai dengan sebaran ras yang ada di daerah. Beberapa varietas yang tahan terhadap beberapa ras patogen penyakit blas diantaranya adalah Inpari 21, Inpari 22, Inpari 26, Inpari 27, Inpago 4, Inpago 5, Inpago 6, Inpago 7 dan Inpago 8. Mengingat cendawan penyebab penyakit blas ini dapat tertular melalui benih maka sangat dianjurkan pertanaman yang terserang penyakit blas tidak digunakan sebagai benih. Untuk mencegah penularan melalui benih, dianjurkan untuk melakukan treatment benih menggunakan fungisida sistemik dengan teknik perendaman maupun pelapisan benih (coating).

Pencegahan dapat juga dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan sawah (sanitasi lingkungan) mengingat cendawan ini mampu bertahan pada inang alternative yakni rumput-rumputan dan sisa-sisa tanaman. Pengkomposan jerami juga dapat membantu mengurangi penyebaran cendawan karna pada proses dekomposisi saat pegkomposan terjadi kenaikan suhu yang mengakibatkan miselia dan spora jamur mati.

BUDIDAYA

System jajar legowo maupun jarak tanam tidak terlalu rapat juga membantu mengendalikan penyakit blas, hal ini dikarenakan jarak tanam yang tidak terlalu rapat dapat mengurangi kelembaban disekitar kanopi tanaman, mengurangi terjadinya embun dan air gutasi serta mengurangi gesekan daun antar tanaman sebagai media penulara pathogen.

Penggunaan pupuk N diatas dosis anjuran harus dihindarkan. Dengan pemupukan nitrogen yang tinggi menghasilkan daun yang lunak dan terkulai sehingga lebih rentan terhadap blas. Hal ini dikarenakan unsur N mempengaruhi sel epidermis kulit daun/batang dengan meningkatnya permeabilitas air dan menurunya kadar unsur Si sehingga jamur lebih mudah melakukan penetrasi masuk kedalam jaringan kulit.

PENGENDALIAN

Untuk pengendalian dapat dilakukan pencabutan dan pembakaran untuk tanaman yang sudah terjangkit cukup parah dan sekiranya tidak dapat diselamatkan. Penyemprotan fungisida kimia dengan bahan aktif edifenphos, tetrachlorophthalide, kasugamycin, pyroquilon, benomyl, isoprotionale, dan thiophanate methyl. Aplikasi penyemprotan untuk menekan serangan penyakit blas leher adalah 2 kali, yaitu pada saat anakan maksimum dan awal berbunga (headling 5%). Penggunaan fungisida sesuai dengan dosis anjuran.

Selain pencegahan dan pengendalian yang telah direkomendasikan. Petani juga perlu terus diedukasi dalam upaya pengendalaian hama dan penyakit yang ramah lingkungan. Maka perlu memberikan penyuluhan tentang pengendalian hama dan penyakit secara terpadu dan dilakukan secara kontinyu. Pelatihan dan praktek di lapang yang dipandu oleh orang-orang yang paham dan mengerti. Serta membentuk gugus tugas pengawas hama penyakit endemik. 

GALERI FOTO

Agenda

Tidak ada acara