Si LABU atau si lalat buah yang berjenis Bactrocera papayae dan Bactrocera carambolae menyerang buah salak semenjak akhir September 2017. Petani salak di daerah srumbung mengemukakan bahwa di tahun-tahun sebelumnya belum ada serangan hama lalat buah. Namun di tahun 2017-2018 ini petani salak dikeluhkan dengan serangan hama lalat buah pada produk salaknya. Serangan lalat buah menyebabkan daging buah berwarna coklat, jika dibuka. Lama kelamaan buah menjadi busuk, sehingga menurunkan produksi buah yang baik. Hal ini juga akan menghambat proses ekspor salak karena secara fisik gejala serangan lalat buah tidak tampak dari luar. Hama lalat buah merupakan OPT Karantina bagi negara pengimpor seperti Australia dan New Zealand. Pembeli atau eksportir awalnya tidak akan mengetahui, namun dari petugas karantina tentu akan jeli dan mengeluarkan pest list, sehingga tidak akan lolos ekspor.
Serangan lalat buah ini dipicu oleh penanaman cabe di sekitar kebun salak. Diduga lalat buah yang menyerang cabe kemudian berpindah ke salak, ketika tanaman cabe sudah usai. Petani salak yang menanam cabe dikarenakan untuk mengintensifikasi lahan sehingga pendapatan juga naik. Hal ini karena harga salak yang turun drastis. Harga yang murah mengakibatkan salak tidak dipetik muda, dibiarkan di kebun sampai tua bahkan tidak dipanen. Perilaku ini diperkirakan juga akan mengundang lalat buah untuk hinggap dan meletakkan telur.
Pengamatan dilakukan selama dua bulan dengan menghitung jumlah tangkapan lalat buah. Tujuan dari observasi ini adalah apakah terjadi penurunan populasi lalat buah dengan adanya pemasangan perangkap. Selain itu untuk mengendalikan jumlah populasi lalat buah di lapangan yang ternyata jumlahnya sangat banyak. Pengamatan baru dilakukan empat kali atau dalam waktu satu bulan menghasilkan pengamatan sebagai berikut:
1. Pengamatan pertama : 48 ekor
2. Pengamatan kedua : 163 ekor
3. Pengamatan ketiga : 275 ekor
4. Pengamatan keempat : 268 ekor
Dilihat dari hasil pengamatan, belum adanya penurunan populasi lalat buah. Hal ini disebabkan karena para petani salak di desa Sudimoro dan sekitarnya belum memasang alat yang serupa sehingga terjadi kelimpahan populasi serangga/ lalat buah dari area yang tidak memasang perangkap.
Pengendalian lalat buah akan efektif jika dilakukan secara serentak, area luas dan terus menerus (Area Wide Integrated Pest Management). Dengan menerapkan konsep pengelolaan lalat buah skala luas. Indikator rendahnya populasi lalat buah dapat dinilai berdasarkan angka Fruit Fly per Trap per Day (lalat buah per perangkap Per Hari) sehingga dicapai Area Low Pest Prevalent (Daerah dengan prevalensi hama yang rendah) yaitu harus mampu mencapai FTD <1 %.
Untuk suksesnya menerapkan Area Wide Integrated Pest Management sehingga dicapai ALPP :
1. Komitmen tinggi dan konsisten bagi para pelaku usahatani salak mulai dari petani, pengepul dalam melakukan pengendalian lalat buah
2. Membangun kesadaran masyarakat terhadap sanitasi kebun, rumah-rumah pengumpul dari buah-buah salak busuk yang merupakan sumber infeksi dan penyebaran lalat buah
3. Sinergi berbagai instansi/pihak terkait.
4. Dukungan pemerintah daerah, pusat dan eksportir dalam memotivasi dan menggerakkan petani untuk berperan dalam kegiatan gerakan pengendalian lalat buah.
Created At : 2018-12-10 00:00:00 Oleh : DIAN RAKHMAWATI HARSONO, SP POPT KAB. MAGELANG Artikel Dibaca : 1171