Serangan ulat “aneh” pada pohon kerai payung (fillicium)


Created At : 2017-05-27 03:45:07 Oleh : DIAN R HARSONO Berita Terkini Dibaca : 1382
Pohon kerai payung (fillicium)merupakan jenis tanaman keras dan tanaman peneduh yang biasanya ditanam di halaman rumah, gedung atau kantor. Daunnya lonjong dan bisa sangat rimbun sehingga sangat cocok sebagai peneduh. Pohon kerai payung ini juga berada di area Taman Anggrek Borobudur, menjadi pohon peneduh area parkir. Pohon ini juga dapat menjadi hiasan jika dirangkaikan dengan bunga atau tanaman hias yang lain. Sekitar satu bulan yang lalu, sekira awal bulan Maret pohon peneduh ini diserang ulat “aneh”. Dikatakan aneh karena belum ada satu orang pun pengelola taman anggrek yang mengetahui jenis ulat/larva apakah yang menyerang ini. Bentuknya bulat pipih berwarna coklat – hitam, mempunyai bagian kepala dan bagian ekor yang sulit dibedakan jika tidak sedang berjalan/bergerak. Bagian thorax (kepala) mempunyai sepasang antenna, bagian perut (abdomen) satu pasang kaki dan bagian ekor mempunyai kaki 2 pasang yang mirip dengan kaki laba-laba. Di bagian atas tubuhnya terdapat corak garis putih dan spot merah. Awalnya diketahui adanya serangan ulat pada pohon fillicium ini adalah dari banyaknya kotoran di tanah/jalan-jalan.
Selanjutnya karena ternyata populasinya sangat banyak, larva-larva tersebut semakin besar ukurannya/instarnya sehingga saling berjatuhan dari pohon dan memenuhi jalan. Gejala serangan ulat adalah daun habis dimakan dan hanya tinggal tulang daun saja. Banyaknya populasi ulat yang kemudian diketahui bernama latin Negeta chlorocrota membuat bulu bergidik, namun jika tidak dikendalikan dikhawatirkan akan menyerang pohon peneduh lain atau bahkan tanaman anggrek. Nama Negeta chlorocrota didapatkan dari hasil identifikasi Laboratotium Peramalan dan Pengamatan Hama dan Penyakit Kedu yang terletak di Kabupaten Temanggung.



Oleh karena itu pihak pengelola Taman Anggrek Borobudur berusaha mengendalikan ulat dengan cara menyemprotkan cairan kimia (insektisida sintetis) berbahan aktif deltametrin 25 gr/l. Selama kurang lebih satu minggu, ulat ulat tersebut dapat dikendalikan populasinya. Beberapa ada yang bermetamorfosis menjadi pupa. Namun belum ada yang menjadi ngengat atau serangga dewasa. Sehingga pengendalian lebih mudah dilakukan. Ulat-ulat seketika mati dan berjatuhan, selanjutnya dibersihkan dan dibuang.
Pengendalian ulat Negeta chlorocrota secara kimiawi dengan insektisida sintetis berhasil mengendalikan populasi larva. Namun yang lebih penting adalah berasal dari mana larva tersebut. Mengingat tahun sebelumnya atau beberapa tahun sebelumnya tidak ada serangan ulat sejenis dan terjadi ledakan populasi.
Menurut literatur : Negeta chlorocrota termasuk ke dalam ordo Lepidoptera, golongan ngengat. Negeta chlorocrota mempunyai karakteristik yang merusak, dia akan makan habis seluruh daun sampai habis, dilihat dari gejala serangan pada fillicium juga daun-daun pohon fillicium habis hanya tersisa tulang daun, dan akhirnya tulang daun juga rontok.
Diduga ada migrasi/penerbangan ngengat Negeta chlorocrota ke pohon fillicium dan meletakkan telur. Ngengat mencari sumber makanan yang cukup untuk mengembangbiakkan keturunannya atau melanjutkan generasi selanjutnya. Sumber makanan yang cukup ditemukan di pohon fillicium yang berjumlah 3 batang dan rimbun semua daunnya. (Dian R. Harsono-Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan)



GALERI FOTO

Agenda

Tidak ada acara