Cabai merupakan bahan bumbu penyedap masakan yang banyak dibutuhkan masyarakat. Permintaan komoditas ini cenderung meningkat dan trend ini bakal berlanjut seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan pertumbuhan rumah makan, perhotelan dan industri makanan berbasis cabai seperti mie instan, saos, sambal dan lainnya. Dengan berbagai kandungan mineral dan vitamin didalamnya cabai sangat dibutuhkan oleh manusia untuk kesehatan. Cabai juga mengandung senyawa oleoresin yang sangat bermanfaat mencegah penggumpalan dan penyumbatan darah dan stroke. Kandungan beta carotin dan antocinin sangat bermanfaat untuk mencegah penyakit kanker dan jantung. Dikenal ada 3 tipe utama cabai yakni cabai besar, cabai keriting dan cabai rawit dengan berbagai ragam varietas yang sangat banyak. Serapan cabai umumnya untuk rumah tangga, rumah makan dan industri.
Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat yang juga merupakan konsumen cabai terbesar ketiga dunia setelah Cina dan India menyebabkan keberadaan komoditas sayuran pedas ini selalu diupayakan untuk memenuhi jumlah yang cukup dan terjangkau harganya. Upaya penyediaan komoditas cabai sepanjang tahun terus dan sedang lakukan dengan berbagai macam cara, antara lain peningkatan luas tanam dan peningkatan produksi untuk mencapai swasembada melalui upaya khusus bawang merah dan cabai ( UPSUS BABE ), gerakan penanaman dengan pemanfaatan lahan pekarangan, penanaman dalam polibag dan dalam pot, perbaikan distribusi serta alternatif terakhir adalah dengan impor. Tidak bisa dipungkiri bahwa harga bumbu masakan yang satu ini masuk dalam daftar komoditas yang sering mengalami fluktuasi yang cukup besar sehingga menimbulkan gejolak bagi masyarakat. Cabai merah ketika terjadi kelangkaan pasar harganya tembus seratus ribu bahkan lebih. Akan tetapi ketika panen raya harga komoditas ini jatuh tak tertolong. Naiknya harga produk pangan seperti cabai merah dan produk pangan lainnya tentu akan menurunkan kesejahteraan rakyat berpenghasilan rendah.
Stabilisasi Harga Yang Bijak.
Ketika harga sangat tinggi pemerintah berkewajiban mengendalikan komoditas pangan dalam jumlah yang cukup dan terjangkau. Pengendalian harga pasar biasanya diupayakan dengan cara intervensi langsung melalui operasi pasar dengan harapan agar harganya bisa turun dan terjangkau. Namun demikian, harga yang layak bagi konsumen dan juga layak bagi produsen adalah jalan tengah yang lebih baik. Layak bagi konsumen artinya terjangkau oleh pembeli sehingga masyarakat terutama ibu ibu rumah tangga tidak merasa keberatan. Layak bagi produsen artinya harga yang diterima produsen masih pada tataran yang menguntungkan. Harga yang sangat tinggi barangkali karena memang disebabkan oleh biaya produksi juga tidak rendah akibat pengaruh cuaca ekstrim berupa kekeringan dan kebanjiran misalnya. Pada musim kering perlu tambahan biaya penyiraman, sementara pada saat curah hujan yang ekstrim perlu pengendalian patogen penyakit berupa jamur dan bakteri yang cukup ekstra. Di saat banjir pemetikan dan distribusi dari daerah sentra ke pasar juga terganggu. Harga murah dibawah standar yang diterima petani akan menimbulkan kebangkrutan dan dikemudian hari tidak bisa menerapkan teknologi baru guna peningkatan produksi.
Stabilisasi harga ketika harga jatuh.
Empat sampai lima bulan lalu (Desember 2016 dan januari 2017) harga cabai sangat baik sehingga para petani latah beramai ramai tanam cabai dalam jumlah yang besar dengan harapan harga tetap bertahan sehingga diperoleh keuntungan yang banyak. Akan tetapi harga pasar tetap menganut hukum supplay and demand dimana ketika produk berkurang sementara permintaan meningkat secara otomatis harga akan melonjak. Begitu sebaliknya ketika produk melimpah tapi permintaan turun harganya juga akan terkoreksi dengan sendirinya. Karena latah maka imbasnya ketika panen akan mengalami jatuhnya harga akibat produk yang dihasilkan tidak tertampung oleh pasar. Untuk melindungi petani cabai dari jatuhnya harga diperlukan adanya harga pembelian pemerintah ( HPP ) terhadap produk cabai dengan harga yang layak bagi produsen. HPP yang merupakan floor pricenya cabai dimaksudkan untuk melindungi petani cabai dari kemungkinan jatuhnya harga sekaligus untuk memotivasi petani cabai untuk tetap meningkatkan produksi.
Tantangan dan Harapan Petani Cabai Kedepan
1. Biaya produksi yang semakin meningkat terutama berkaitan dengan adanya gangguan hama dan penyakit. Pergeseran hama yang semula sebagai hama sekunder menjadi hama utama seperti trips, aphis serta lalat buah akibat berkurangnya musuh alami. Demikian juga adanya patogen penyakit seperti phythopthora, layu jamur, layu baketri, dan antraknosa jelas menambah biaya pembelian pestisida. Timbulnya penyakit baru berupa virus belang yang menyerang pertanaman cabai secara sporadis juga menambah biaya perawatan. Disisi lain harga pestisida juga cenderung meningkat. Tanaman cabai yang terserang virus belang tumbuhnya berwarna kuning dan produksinya berkurang.
2. komoditas yang relatif mudah rusak. Pada prinsipnya cabai dapat diawetkan menjadi cabai kering yang tahan simpan. Akan tetapi pasar cabai umunya dalam bentuk cabai segar atau cabai sehabis panen. Pasar cabai kering, dan pasar cabai bubuk masih langka dan jarang dilakukan oleh petani cabai. Potensinya sangat besar sebagai bahan industri makanan dimana produksi mie instan memerlukan cabai kering sebagai bumbu. Menurut data produksi mie intan Indonesia 18 milyar bungkus pertahun. Dengan asumsi tiap bungkus mie instan butuh 1 gram bubuk cabai kering maka diperlukan cabai yang sangat banyak sehingga menjadi potensi pasar yang cukup menantang. Negara dengan tingkat konsumsi mie instan terbesar kedua dunia setelah Cina pasar cabai tetap terbuka sepanjang bisa memanfaatkan peluang. Terciptanya pasar cabai kering menjadi harapan dan solusi ketika harga cabai jatuh petani dapat mengolah, mengawetkan dalam bentuk cabai kering. Diperlukan adanya pendampingan, pembinaan dan perlindungan terus menerus kepada petani cabai agar mampu meningkatkan produksi, mampu bersaing dengan produsen cabai dari negara lain. Pembinaan mulai dari on farm, off farm dan bantuan alsintan untuk mendukung upsus babe sehingga tercipta swasembada pangan yang lestari.
Created At : 2017-06-09 03:06:18 Oleh : Parjo, SP / Penyuluh Pertanian BPP Pakis Berita Terkini Dibaca : 1041