Dengan adanya dampak negative dari pestisida, maka dibutuhkan
teknologi alternative untuk meningkatkan produksi pertanian yang lebih aman.
Sekarang ini, banyak teknologi yang memungkinkan untuk dikembangkan dan relative aman untuk lingkungan, seperti pemanfaatan Plant Growth Promoting Rhisobacteria (PGPR). Berbagai penemuan akan manfaat PGPR untuk pertanian telah dilaporkan oleh banyak peneliti dunia. Antusiasme untuk mengkomersialkan rhizobacteria sebagai teknologi alternative yang menjanjikan terutama untuk mengembangankan pertanian ramah lingkungan dengan mengurangi penggunaan input sintetik agrokimia (pupuk dan pestisida) kian meningkat dari waktu ke waktu.
Tanaman Cabe sebelah kiri tanpa PGPR sebelah kanan menggunakan PGPR
Apa itu PGPR ?
PGPR (Plant Growth
Promoting Rhizobacteria) adalah bakteri pemacu pertumbuhan tanaman. Bakteri
yang terdapat dalam PGPR adalah sejenis bakteri yang biasa hidup di akar
tanaman.
Mikroorganisme ini hidup berkoloni disekitar akar tanaman
yang dapat memacu pertumbuhan tanaman dan meningkatkan ketahanan tanaman
terhadap jamur pathogen.
Bagaimana bakteri PGPR dapat memacu pertumbuhan ?
Bakteri PGPR mampu mengikat nitrogen bebas dari alam atau istilahnya fiksasi nitrogen bebas. Nitrogen bebas diubah menjadi ammonia kemudian disalurkan ke tanaman.
Tanaman Cabe sebelah kiri tanpa PGPR sebelah kanan menggunakan PGPR
Bakteri akar ini juga mampu menyediakan beragam mineral yang
dibutuhkan tanaman seperti besi, fosfor, atau belerang. PGPR juga memacu peningkatan
hormone tanaman. Peningkatan hormone tanaman inilah yang secara langsung
mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Cara Membuat PGPR
Terlebih dahulu siapkan biang PGPR yang dibuat dari akar
bambu sekitar 250 gram dan direndam dalam air selama 3 (tiga) malam.
Bahan :
Cara Membuat :
Semua bahan dicampur dan direbus hingga mendidih kemudian
didinginkan. Setelah dingin, dicampur dengan 1 liter “biang PGPR” masukkan
dalam jerigen dan ditutup rapat, didiamkan satu hingga dua minggu. Kocok dan
buka pada pagi atau sore hari agar gas keluar. Setelah dua minggu PGPR dapat
digunakan untuk mengocor tanaman.
Selain PGPR akar bambu, biang PGPR juga dapat dikembangkan
menggunakan air kelapa segar ditambah gula merah (tetes tebu lebih baik) yang
kemudian difermentasi selama seminggu.
PGPR akar bambu dan PGPR air kelapa yang telah jadi dapat di aplikasikan ke tanah sekitar tanaman dengan perbandingan 200cc PGPR untuk 14 liter air.
Cara Aplikasi PGPR adalah sebagai berikut :
PGPR untuk perlakuan benih :
-
Benih
yang dibeli dari toko dan diduga mengandung pestisida dicuci dulu sampai bersih
3-4 kali.
- Benih
direndam dalam larutan PGPR dengan konsentrasi 10 ml per liter air selam 10
menit hingga 8 jam tergantung jenis benihnya. Kemudian dikering anginkan
ditempat yang teduh sebelum dilakukan penanaman/persemaian.
PGPR untuk perlakuan bibit :
- Jika
untuk perlakuan dan stek atau biakan vegetative lain tinggal direndam beberapa
saat saja lalu langsung ditanam. Konsentrasi yang diperlukan adalah 10 ml per
liter air.
- PGPR
dibuat dengan konsentrasi 5 ml per liter air untuk aplikasi pada tanaman
semusim (cabe, terong, timun dll) siramkan 1-2 gelas aqua, per tanaman ke perakaran.
- Jika
untuk tanaman tahunan jumlah larutan yang dipergunakan bisa diperkirakan
sendiri sesuai dengan umur dan jenis tanaman, sebagai ukuran adalah siram
didaerah perakaran sampai basah.
PGPR untuk perlakuan lainnya :
- Untuk
tanaman padi : gunakan PGPR sebanyak 12 ml/liter air pada 3 hari sebelum tanam,
15 hst, 30 hst dan 45 hst dengan cara disemprotkan dengan volume semprot rendah
(boros / tidak berkabut)
-
Untuk
tanaman hortikultura : kocorkan PGPR sebanyak 12 ml/liter air setiap 7 – 10
hari sekali.
-
Untuk
tanaman keras : kocorkan PGPR sebanyak 17 ml/liter air tiap 1 bulan sekali.
- Aplikasi dianjurkan pada pagi hari sebelum pukul 09.00 WIB atau pada sore hari setelah pukul 15.00 WIB.
Dari berbagai literatur, aplikasi PGPR pada benih tanaman
mampu menekan penyakit dumping-off (phytium untimatum). Beberapa bakteri
PGPR seperti bacillus subtilis mampu
memproduksi racun yang mampu melawan cendawan pathogen.
PGPR juga mampu meningkatan kualitas pertumbuhan tanaman
dengan produksi hormon (ZPT), kemampuan fiksasi N untuk meningkatkan
ketersediaan unsur N dalam tanah dan penghasil osmolit sebagai osmoprotektan
pada kondisi kekurangan air (kekeringan).
Selain itu salah satu bakteri PGPR yakni Psudomonas sp.mampu menghasilkan hormone pertumbuhan tanaman yang
dapat meningkatkan berat kering hasil panen jagung mencapai 9%.
Sementara bakteri PGPR lainnya, yakni Salmonella liquefaciens mampu meningkatkan berat kering jagung mencapai 10% dan bakteri Bacillus sp.mampu meningkatkan berta kering mencapai 7%.
Created At : 2018-05-30 00:00:00 Oleh : SRIYANA, SP PENYULUH PERTANIAN MADYA DINAS PERTANIAN DAN PANGAN Berita Terkini Dibaca : 15004