Setelah melewati perubahan iklim
ekstrim el nino, belakangan ini intensitas curah hujan di sebagian besar
wilayah Indonesia termasuk Kabupaten Magelang sudah mulai tinggi. Intensitas
curah hujan yang tinggi menyebabkan unsur hara di dalam tanah tercuci, kemudian
menyebabkan tanah menjadi lebih masam. Hal tersebut
disebabkan oleh tingginya kadar Al (alumunium), Cu (tembaga), dan Fe (besi).
Kondisi pH tanah tersebut tentunya tidak baik untuk tanaman dan harus
diperbaiki dengan kapur
pertanian. Kapur pertanian sudah terkenal berfungsi untuk menambah
tingkat pH tanah dari tanah yang masam menjadi netral. Kadar pH menjadi salah
satu faktor penting yang memengaruhi keberhasilan dalam budidaya. Oleh karena
itu, perlu diperhatikan kadar pH tanah yang digunakan secara berkala.
Kemampuan
tanaman untuk melakukan proses penyerapan unsur hara juga dipengaruhi oleh
faktor utama, yakni tingkat keasaman tanah atau pH yang merupakan suatu standar pengukuran
tingkat keasaman atau kebasaan pada suatu lahan. Dengan mengetahui kadar pH
dalam tanah, para petani dapat menentukan tanaman apa yang cocok untuk ditanam
atau dibudidayakan karena setiap tanaman memiliki karakteristik kebutuhan kadar
pH yang berbeda-beda.
Pengukuran kadar pH dalam
tanah dapat dilakukan sebelum melakukan cocok tanam, baik pertanian maupun
perkebunan. Berikut ini adalah beberapa teknik pengukuran pH tanah yang dapat
kita lakukan, antara lain:
Cara paling mudah untuk
mengukur kadar pH dalam tanah adalah menggunakan pH meter tanah. Alat ukur ini
bisa dibeli dengan harga sekitar 300 ribu dan biasanya dimiliki oleh petani
modern yang pekerjaannya selalu berhubungan dengan tanaman. Namun bagi petani
tradisional, alat ini bukan menjadi barang wajib dan mungkin masih banyak yang
tidak mengenal fungsinya.
Jika pernah mengenyam
pendidikan SMP atau SMA, pasti pernah melakukan praktikum dengan kertas lakmus
biru dan merah. Dahulu kita diajarkan bagaimana cara mengukur kadar pH tanah
menggunakan kertas lakmus dengan cara sebagai berikut:
·
Ambil sampel tanah pada lima titik yang berbeda
·
Masukkan semua sampel pada wadah dan campur dengan
air, lalu biarkan selama 15 hingga 30 menit hingga tanahnya terpisah atau
mengendap
·
Celupkan kertas lakmus pada cairan selama 1 menit
dan jangan sampai kertas lakmus bersentuhan dengan tanah
·
Jika warna kertas lakmus berubah menjadi ungu,
artinya pH tanah tersebut bersifat netral, jika warnanya merah berarti tanah
bersifat asam dan warna biru menunjukkan tanah memiliki pH basa.
Alternatif metode lain yang
lebih murah untuk mengukur pH tanah adalah menggunakan tanaman sekitar. Petani
bisa menggunakan indikator tanaman liar untuk mengukur pH lahan pertanian.
Tanaman liar satu dengan yang
lainnya memiliki tingkat kehidupan yang berbeda berdasarkan pH tanah yang
ditanami. Dengan begitu, indikator tanaman liar ini merupakan cara yang paling
sederhana untuk mencari berapa kadar pH yang terkandung dalam tanah. Tanaman
yang dapat dimanfaatkan seperti harendong atau Melastoma Malabathricum
yang mampu tumbuh pada lahan dengan kadar pH rendah.
Selain tanaman liar, kunyit juga bisa digunakan sebagai
indikator kadar pH tanah pada suatu lahan. Biasanya kunyit tumbuh pada tanah
dengan kadar pH rendah atau bersifat asam akan memiliki warna yang lebih pudar.
Namun, jika tidak ada perubahan warna pada kunyit, maka bisa dipastikan lahan
tersebut memiliki kadar pH normal atau netral.
Pemberian kapur pertanian
(kaptan) atau dolomit biasanya dilakukan pada saat pengolahan tanah. Kegiatan
pengapuran ini harus menjadi perhatian penting bagi semua petani agar
produktivitas tanaman tetap terjaga dan dampak negatif dari tanah yang terlalu
asam bisa dihindari.
Secara umum, penggunaan kapur
pertanian memiliki manfaat, antara lain:
·
Meningkatkan
sifat fisik, kimia dan biologi lahan pertanian.
·
Meningkatkan
ketersediaan nutrisi bagi tanaman.
·
Meningkatkan
efektivitas penggunaan pupuk-pupuk organik.
·
Memasok
kebutuhan kalsium, magnesium dan mineral lain yang cukup untuk tanaman.
·
Mengurangi racun (toksisitas)
yang ada di dalam tanah pertanian.
·
Memperbaiki
masalah tanah dari tingkat keasaman.
·
Mempromosikan
fiksasi nitrogen lebih baik pada tanaman kacang-kacangan.
Cara menggunakan kapur dolomit:
1.
Bila digunakan untuk memperbaiki
tanah yang rusak, cara aplikasinya adalah kapur dolomit disebar atau ditabur
merata pada permukaan tanah yang akan diolah atau sebelum ditanam.
2.
Apabila kapur dolomit digunakan
sebagai pupuk dasar tanaman, dolomit ditaburkan di dasar lubang tanam kemudian
dicampur merata dengan pupuk dan tanah setelah itu ditimbun sedikit dan biarkan
selama kurang lebih 1-2 minggu setelah itu baru proses penanaman.
3.
Pemakaian kombinasi dolomit dan
ZA mampu memasok hara magnesium dan juga sulfat serta nitrogen pada tanaman dan
tidak mengasamkan tanah, cara pengaplikasianya yaitu disebar merata di sejajar
baris tanaman atau di sekeliling batang tanaman.
4.
Apabila kapur dolomit digunakan
untuk menetralisirkan tanah masam atau menaikkan Ph, pupuk dolomit ditabur
secara merata 7-10 hari sebelum diberi pupuk lainya. (Nelly)
Created At : 2024-04-25 00:00:00 Oleh : Tim PPID Distanpangan Informasi Publik Dibaca : 42