BERSIAP MENGHADAPI MUSIM PENGHUJAN, PENYULUH BPP KAJORAN MENGAJAK PETANI MENGENAL PH TANAH DAN PENTINGNYA PEMBERIAN KAPUR PERTANIAN


Created At : 2024-04-25 00:00:00 Oleh : Tim PPID Distanpangan Informasi Publik Dibaca : 42



Setelah melewati perubahan iklim ekstrim el nino, belakangan ini intensitas curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia termasuk Kabupaten Magelang sudah mulai tinggi. Intensitas curah hujan yang tinggi menyebabkan unsur hara di dalam tanah tercuci, kemudian menyebabkan tanah menjadi lebih masam. Hal tersebut disebabkan oleh tingginya kadar Al (alumunium), Cu (tembaga), dan Fe (besi). Kondisi pH tanah tersebut tentunya tidak baik untuk tanaman dan harus diperbaiki dengan kapur pertanian. Kapur pertanian sudah terkenal berfungsi untuk menambah tingkat pH tanah dari tanah yang masam menjadi netral. Kadar pH menjadi salah satu faktor penting yang memengaruhi keberhasilan dalam budidaya. Oleh karena itu, perlu diperhatikan kadar pH tanah yang digunakan secara berkala.

Kemampuan tanaman untuk melakukan proses penyerapan unsur hara juga dipengaruhi oleh faktor utama, yakni tingkat keasaman tanah atau pH yang merupakan suatu standar pengukuran tingkat keasaman atau kebasaan pada suatu lahan. Dengan mengetahui kadar pH dalam tanah, para petani dapat menentukan tanaman apa yang cocok untuk ditanam atau dibudidayakan karena setiap tanaman memiliki karakteristik kebutuhan kadar pH yang berbeda-beda.

Mengukur pH Tanah

Pengukuran kadar pH dalam tanah dapat dilakukan sebelum melakukan cocok tanam, baik pertanian maupun perkebunan. Berikut ini adalah beberapa teknik pengukuran pH tanah yang dapat kita lakukan, antara lain:

1. pH Meter

Cara paling mudah untuk mengukur kadar pH dalam tanah adalah menggunakan pH meter tanah. Alat ukur ini bisa dibeli dengan harga sekitar 300 ribu dan biasanya dimiliki oleh petani modern yang pekerjaannya selalu berhubungan dengan tanaman. Namun bagi petani tradisional, alat ini bukan menjadi barang wajib dan mungkin masih banyak yang tidak mengenal fungsinya.

2. Kertas Lakmus

Jika pernah mengenyam pendidikan SMP atau SMA, pasti pernah melakukan praktikum dengan kertas lakmus biru dan merah. Dahulu kita diajarkan bagaimana cara mengukur kadar pH tanah menggunakan kertas lakmus dengan cara sebagai berikut:

·           Ambil sampel tanah pada lima titik yang berbeda

·           Masukkan semua sampel pada wadah dan campur dengan air, lalu biarkan selama 15 hingga 30 menit hingga tanahnya terpisah atau mengendap

·           Celupkan kertas lakmus pada cairan selama 1 menit dan jangan sampai kertas lakmus bersentuhan dengan tanah

·           Jika warna kertas lakmus berubah menjadi ungu, artinya pH tanah tersebut bersifat netral, jika warnanya merah berarti tanah bersifat asam dan warna biru menunjukkan tanah memiliki pH basa.

3. Mengukur pH Tanah dengan Tanaman Liar

Alternatif metode lain yang lebih murah untuk mengukur pH tanah adalah menggunakan tanaman sekitar. Petani bisa menggunakan indikator tanaman liar untuk mengukur pH lahan pertanian.

Tanaman liar satu dengan yang lainnya memiliki tingkat kehidupan yang berbeda berdasarkan pH tanah yang ditanami. Dengan begitu, indikator tanaman liar ini merupakan cara yang paling sederhana untuk mencari berapa kadar pH yang terkandung dalam tanah. Tanaman yang dapat dimanfaatkan seperti harendong atau Melastoma Malabathricum yang mampu tumbuh pada lahan dengan kadar pH rendah.

4. Ukur pH Tanah dengan Kunyit

Selain tanaman liar, kunyit juga bisa digunakan sebagai indikator kadar pH tanah pada suatu lahan. Biasanya kunyit tumbuh pada tanah dengan kadar pH rendah atau bersifat asam akan memiliki warna yang lebih pudar. Namun, jika tidak ada perubahan warna pada kunyit, maka bisa dipastikan lahan tersebut memiliki kadar pH normal atau netral. 

Pemberian kapur pertanian (kaptan) atau dolomit biasanya dilakukan pada saat pengolahan tanah. Kegiatan pengapuran ini harus menjadi perhatian penting bagi semua petani agar produktivitas tanaman tetap terjaga dan dampak negatif dari tanah yang terlalu asam bisa dihindari. 

Secara umum, penggunaan kapur pertanian memiliki manfaat, antara lain:

·                     Meningkatkan sifat fisik, kimia dan biologi lahan pertanian.

·                     Meningkatkan ketersediaan nutrisi bagi tanaman.

·                     Meningkatkan efektivitas penggunaan pupuk-pupuk organik.

·                     Memasok kebutuhan kalsium, magnesium dan mineral lain yang cukup untuk tanaman.

·                     Mengurangi racun (toksisitas) yang ada di dalam tanah pertanian.

·                     Memperbaiki masalah tanah dari tingkat keasaman.

·                     Mempromosikan fiksasi nitrogen lebih baik pada tanaman kacang-kacangan.

Cara menggunakan kapur dolomit:

1.        Bila digunakan untuk memperbaiki tanah yang rusak, cara aplikasinya adalah kapur dolomit disebar atau ditabur merata pada permukaan tanah yang akan diolah atau sebelum ditanam.

2.        Apabila kapur dolomit digunakan sebagai pupuk dasar tanaman, dolomit ditaburkan di dasar lubang tanam kemudian dicampur merata dengan pupuk dan tanah setelah itu ditimbun sedikit dan biarkan selama kurang lebih 1-2 minggu setelah itu baru proses penanaman.

3.        Pemakaian kombinasi dolomit dan ZA mampu memasok hara magnesium dan juga sulfat serta nitrogen pada tanaman dan tidak mengasamkan tanah, cara pengaplikasianya yaitu disebar merata di sejajar baris tanaman atau di sekeliling batang tanaman.

4.        Apabila kapur dolomit digunakan untuk menetralisirkan tanah masam atau menaikkan Ph, pupuk dolomit ditabur secara merata 7-10 hari sebelum diberi pupuk lainya. (Nelly)

GALERI FOTO

Agenda

Tidak ada acara