KETIKA HUJAN DATANG TERLAMBAT, APA SOLUSI UNTUK SAWAH TADAH HUJAN ?


Created At : 2019-12-26 00:00:00 Oleh : ZAENAL QORI PENYULUH PERTANIAN BPP KEC. BOROBUDUR Informasi Publik Dibaca : 3682


Ketersediaan pangan merupakan unsur utama dalam penjagaan stabiltas nasional, maka Untuk menjamin stabilitas nasional pemerintah mencanangkan program UPSUS Pajale Upaya Khusus peningkatan Produksi tiga komoditas yaitu Padi Jagung dan Kedelai. Upaya yang dilakukan terdiri dari beberapa upaya yaitu menjamin ketersediaan pupuk bersubsidi, penyediaan benih, perbaikan saluran irigasi, upaya mekanisasi pertanian. Semua upaya bertujuan meningkatkan angka indeks pertanaman bermuara pada peningkatan produktivitas.

Desa Ngadiharjo terletak di Kecamatan Borobudur Kabupaten dengan luas 590,1 Ha merupakan desa terluas di Kecamatan Borobudur dengan lahan pertanian 191 ha berupa sawah dan lahan tegal seluas 107 ha merupakan penyangga pangan karena sebagaian besar tanaman Padi Kecamatan Borobudur berada di Desa Ngadiharjo.

Desa Ngadiharjo dengan potensi memadai dihadapkan dengan satu masalah besar yaitu terbatasnya sarana air untuk pertanian sebagian besar sawah merupakan sawah dengan sistem irigasi sederhana dan tadah hujan. Tahun 2019 adalah tahun dengan musim kemarau yang sangat panjang, keterbatasan air tentu akan mengganggu pertumbuhan tanaman menyebaban produksi tidak maksimal atau bahkan gagal panen. Desa Ngadiharjo bernasib kurang beruntung karena tidak dilewati irigasi dari sungai krasak salaman.

Keterbatasan air disiasati dengan pergiliran tanaman dengan harapan tanah tetap diharapkan hasilnya alias tidak bero. Upaya pembangunan infrastrukur irigasi belum bisa megtasi masalah karena sumber air tidak mencukupi untuk keperluan pemeliraan tanaman hanya cukup untuk keperluan yang lebih mendesak yaitu MCK.

Penyuluh pendamping Desa Ngadiharjo Sumardi, A.Md terus mengupayakan agar petani tetap bisa mempertahankan tingkat produktivitas padi dan Palawija dengan berbagai cara seperti dengan penerapan PTT Padi. Selain itu ada sebuah terobosan teknologi budidaya padi dan Palawija yaitu dengan sistem TOT yaitu Tanam Padi dan Palawija Tanpa Olah Tanah. Sitem TOT terdiri dari beberapa unsur yaitu :

-          Penanaman : Penamanan dilakukan dengan sistem TABELA atau dengan sistem pindah tanam(Transplanting) . TABELA menggunakan tugal sedangkan transplanting dilakukan dengan membuat lubang tanam 25 cm x 25 cm kedalaman 2-3 cm umur bibbit 18 -21 hari jumlah bibit 3 bibit per lubang.

-          Pemeliharaan : Penyulaman dilakukan 1-2 minggu setelah tanam. Penyiangan dilakukan pada umur 15, 35, dan 55  hari. Penyiangan bisa dibantu dengan herbisida. Pemupukan berimbang dengan dosis Urea 300 Kg, SP36 175 Kg, dan KCL50 Kg. Pemupukan I dilakukan pada umur 3-4 minggu dan pemupukan II pada umur 6-8 minggu. Pemanenan dilakukan pada saat waktu bulir padi berwarna kuning atau 35 hari setelah padi berbunga.

-          Sistem TOT dilakukan pada awal musim Penghujan dengan maksud tanpa menunggu saluran teraliri air kegiatan budidaya tetap bisa dilakukan dengan keuntungan berkurangnya biaya olah tanah. TOT dilakukan berdasar pengalaman Sumardi di daerah asal yaitu di kabupaten Pati.

Sistem TOT belum pernah dilakukan oleh kebanyakan petani, untuk memperkenalkan sistem ini diadakan sebuah acara yaitu Tanam Perdana Padi dan Polowijo Tanpa Olah Tanah. Acara ini dilselenggarakan olah Kelompok Tani Unggul Rejeki dengan Lokasi di dusun Karangtengah Desa Ngadiharjo pada tanggal 7 Nopember 2019. Diikuti oleh segenap anggota kelompok tani, anggota KTNA Kec. Borobudur, menghadirkan Camat Kepala Desa, Koordinator BPP Borobudur, Babinsa turut hadir pula Petugas dari BRI Unit Borobudur. Acara ini adalah methoda untuk mengenalkan sistem TOT kepada masyarakat luas. Acara berlangsung meriah peserta dengan antusias mendengarkan arahan dan bimbingan dari Penyuluh Pendamping Lapangan, wejangan dari bapak Camat.

Camat Borobudur Nanda Cahyadi Pribadi, AP Msi berharap agar acara ini menjadi media silaturahmi antar pemerintah dan masyarakat. Dengan hubungan yang intens maka masyarakat dapat menyampaikan apa yang menjadi harapan juga pemerintah berharap program yang dijalankan dapat diterima dan didukung olah masyarakat.

Upaya untuk mempertahankan produksi padi merupakan sebuah terobosan yang layak dihargai dan perlu diacungi jempol, walaupun hasil belum dirasakan. Rasa penghargaan juga layak diberikan kepeda para anggota kelompok tani karena telah bersedia menerapkan sebuah teknologi yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa petani telah berfikiran maju, mempunyai rasa ingin yahu yang tinggi. Di era sekarang fikiran maju sangat dibutuhkan untuk menghadapi kemajuan menjalani era kompetisi yang semakin ketat. Kita berharap agar semakin ke depan kesadaran seperti ini akan tumbuh bahkan menjadi sebuah inspirasi bagi petani lain, kelompok Lain sehingga kita sebagai bangsa siap  menyongsong kehidupan yang lebih baik, lebih aman dan lebih sejahtera.


GALERI FOTO

Agenda

Tidak ada acara