Ketersediaan pangan merupakan unsur utama dalam
penjagaan stabiltas nasional, maka Untuk menjamin stabilitas nasional
pemerintah mencanangkan program UPSUS Pajale Upaya Khusus peningkatan Produksi
tiga komoditas yaitu Padi Jagung dan Kedelai. Upaya yang dilakukan terdiri dari
beberapa
upaya yaitu menjamin ketersediaan pupuk bersubsidi, penyediaan benih, perbaikan
saluran irigasi, upaya mekanisasi pertanian. Semua upaya bertujuan meningkatkan
angka indeks pertanaman bermuara pada peningkatan produktivitas.
Desa Ngadiharjo terletak di Kecamatan Borobudur
Kabupaten dengan luas 590,1 Ha merupakan desa terluas di Kecamatan Borobudur
dengan lahan pertanian 191 ha berupa sawah dan lahan tegal seluas 107 ha merupakan
penyangga pangan karena sebagaian besar tanaman Padi Kecamatan Borobudur berada
di Desa Ngadiharjo.
Desa Ngadiharjo dengan potensi memadai dihadapkan
dengan satu masalah besar yaitu terbatasnya sarana air untuk pertanian sebagian
besar sawah merupakan sawah dengan sistem irigasi sederhana dan tadah hujan. Tahun
2019 adalah tahun dengan musim kemarau yang sangat panjang, keterbatasan air
tentu akan mengganggu pertumbuhan tanaman menyebaban produksi tidak maksimal
atau bahkan gagal panen. Desa Ngadiharjo bernasib kurang beruntung karena tidak
dilewati irigasi dari sungai krasak salaman.
Keterbatasan air disiasati dengan pergiliran tanaman
dengan harapan tanah tetap diharapkan hasilnya alias tidak bero. Upaya
pembangunan infrastrukur irigasi belum bisa megtasi masalah karena sumber air
tidak mencukupi untuk keperluan pemeliraan tanaman hanya cukup untuk keperluan
yang lebih mendesak yaitu MCK.
Penyuluh pendamping Desa Ngadiharjo Sumardi, A.Md terus
mengupayakan agar petani tetap bisa mempertahankan tingkat produktivitas padi dan
Palawija dengan berbagai cara seperti dengan penerapan PTT Padi. Selain itu ada
sebuah terobosan teknologi budidaya padi dan Palawija yaitu dengan sistem TOT
yaitu Tanam Padi dan Palawija Tanpa Olah Tanah. Sitem TOT terdiri dari beberapa unsur
yaitu :
-
Penanaman : Penamanan dilakukan dengan sistem TABELA atau
dengan sistem pindah tanam(Transplanting) . TABELA menggunakan tugal
sedangkan transplanting dilakukan dengan membuat lubang tanam 25 cm x 25 cm
kedalaman 2-3 cm umur bibbit 18 -21 hari jumlah bibit 3 bibit per lubang.
-
Pemeliharaan : Penyulaman dilakukan 1-2 minggu setelah tanam.
Penyiangan dilakukan pada umur 15, 35, dan 55
hari. Penyiangan bisa dibantu dengan herbisida. Pemupukan berimbang
dengan dosis Urea 300 Kg, SP36 175 Kg, dan KCL50 Kg. Pemupukan I dilakukan pada
umur 3-4 minggu dan pemupukan II pada umur 6-8 minggu. Pemanenan dilakukan pada
saat waktu bulir padi berwarna kuning atau 35 hari setelah padi berbunga.
-
Sistem TOT dilakukan pada awal musim Penghujan dengan maksud
tanpa menunggu saluran teraliri air kegiatan budidaya tetap
bisa dilakukan dengan keuntungan berkurangnya biaya olah tanah. TOT dilakukan
berdasar pengalaman Sumardi di daerah asal yaitu di kabupaten Pati.
Sistem TOT belum pernah dilakukan oleh kebanyakan
petani, untuk memperkenalkan sistem ini diadakan sebuah acara yaitu Tanam
Perdana Padi dan Polowijo Tanpa Olah Tanah. Acara ini dilselenggarakan olah
Kelompok Tani Unggul Rejeki dengan Lokasi di dusun Karangtengah Desa Ngadiharjo
pada tanggal 7 Nopember 2019. Diikuti oleh segenap anggota kelompok tani,
anggota KTNA Kec. Borobudur, menghadirkan Camat Kepala Desa, Koordinator BPP
Borobudur, Babinsa turut hadir pula Petugas dari BRI Unit Borobudur. Acara ini
adalah methoda untuk mengenalkan sistem TOT kepada masyarakat luas. Acara
berlangsung meriah peserta dengan antusias mendengarkan arahan dan bimbingan
dari Penyuluh Pendamping Lapangan, wejangan dari bapak Camat.
Camat Borobudur Nanda Cahyadi Pribadi, AP Msi berharap
agar acara ini menjadi media silaturahmi antar pemerintah dan masyarakat.
Dengan hubungan yang intens maka masyarakat dapat menyampaikan apa yang menjadi
harapan juga pemerintah berharap program yang dijalankan dapat diterima dan
didukung olah masyarakat.
Upaya untuk mempertahankan produksi padi merupakan sebuah terobosan yang layak dihargai dan perlu diacungi jempol, walaupun hasil belum dirasakan. Rasa penghargaan juga layak diberikan kepeda para anggota kelompok tani karena telah bersedia menerapkan sebuah teknologi yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa petani telah berfikiran maju, mempunyai rasa ingin yahu yang tinggi. Di era sekarang fikiran maju sangat dibutuhkan untuk menghadapi kemajuan menjalani era kompetisi yang semakin ketat. Kita berharap agar semakin ke depan kesadaran seperti ini akan tumbuh bahkan menjadi sebuah inspirasi bagi petani lain, kelompok Lain sehingga kita sebagai bangsa siap menyongsong kehidupan yang lebih baik, lebih aman dan lebih sejahtera.
Created At : 2019-12-26 00:00:00 Oleh : ZAENAL QORI PENYULUH PERTANIAN BPP KEC. BOROBUDUR Informasi Publik Dibaca : 2752