MENGENAL PENYAKIT BULE PADA JAGUNG


Created At : 2018-11-01 00:00:00 Oleh : DIAN RAKHMAWATI HARSONO, SP PENGENDALI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN DISTANPANGAN Informasi Publik Dibaca : 10076


Musim kemarau tahun ini cukup panjang, perkiraan dari BMKG musim hujan akan jatuh pada pertengahan Nopember, hal ini mengakibatkan petani mengalihkan rencana tanamnya. Sebagian besar petani yang berada di sawah tadah hujan memilih menanam jenis tanaman ladang yang tidak membutuhkan banyak air. Contohnya, tanaman kacang-kacangan, jagung, ketela, tembakau dan cabai.

Kebanyakan petani memilih jagung sebagai tanaman di musim kemarau. Selain tidak terlalu banyak membutuhkan air, tanaman jagung lebih mudah perawatannya. Namun jagung mempunyai musuh penyakit yang sering muncul di area pertanaman jagung. Penyakit ini dalam bahasa text book disebut Downy Mildew, atau “Bule” dalam istilah Indonesia karena warna daun menjadi kuning mendekati putih seperti turis. Penyebab penyakit ini adalah Peronosclerospora maydis, gejala penyakit ini adalah warna kuning memanjang pada daun jagung. Tampak pada daun jagung ada gradasi warna hijau dan kuning.

Dalam benih jagung yang berlabel, sebenarnya telah dilengkapi benih yang tahan penyakit bulai, artinya sudah ada perlakuan benih untuk mncegah penyakit bulai. Namun masih ada tanaman yang terserang bulai. Tanaman jagung rentan serangan bulai saat berumur antara 0-5 minggu. Biasanya jamur berkembang pesat saat peralihan musim saat usianya kurang dari 5 minggu.



Tanaman jagung akan menunjukkan gejala yang berbeda setiap fase tanaman, 1. umur 0-3 minggu, semua daun menguning,runcing dan kaku, fase ini sangat rentan karena dapat menyebabkan tanaman mati 2. Umur 3-5 minggu, daun yang baru membuka menguning, pertumbuhan lambat, tongkol hanya berbiji sedikit, tongkol berbentuk tidak normal 3. Umur lebih dari lima minggu, akan mengalami klorosis, tidak membahayakan hanya menurunkan hasil panen hingga 30 %.

Perkembangan jamur bulai sangat cepat, apalagi jika kondisi lingkungan mendukung, curah hujan tinggi, pupuk N tinggi,dan sifat tanah liat. Dimulai konidia masuk ke jaringan tanaman melalui stomata, selanjutnya terjadi luka, berkembang ke titik tumbuh, menyebabkan infeksi sistemik sehingga terbentuk gejala bulai

Jamur ini bisa dilihat cukup jelas pada pagi hari jam 03.00-04.00, spora jamur terlihat butiran berwarna putih di bagian bawah daun. Penyebarannya sangat cepat karena bisa dibantu angin penyebarannya menyebar sejauh 10-50 km, jika tanpa angin radius 10-16 meter.

Gejala serangan bulai pada jagung seperti terlihat pada pertanaman jagung di kecamatan Ngluwar diantaranya : di desa Pakunden, Somokaton, Ploso gede, Bligo dengan intensitas serangan 15-25 %.

Para petani telah melakukan pencegahan dengan perlakuan benih, menggunakan fungisida dan pengendalian dengan kimiawi. Pengendalian kimiawi dengan penyemprotan fungisida yang beredar di pasaran dan berbahan aktif dimetotrof, dan mankozeb namun penyakit bulai masih muncul. Petani juga melakukan eradikasi selektif untuk mencegah penularan. Semua tindakan pengendalian yang dilakukan bertujuan untuk mengendalikan, namun tidak bisa serta merta menghilangkan sama sekali, oleh karena itu perlu dilakukan tindakan komprehensif untuk mencegah serangan Peronosclerospora maydis.

Langkah-langkah yang dilakukan untuk mencegah penularan jamur peronosclerospora maydis adalah

1. Pengaturan waktu tanam, yaitu mengkondisikan tanaman telah memasuki umur lebih dari 5 minggu saat masuk musim hujan atau masa peralihan

2. Melakukan penanaman serempak, dengan tujuan agar tanaman jagung berada pada fase yang sama sehingga perkembangan dan penyebaran sumber inokulumnya di lapangan dapat ditekan, dan tidak menyebar pada penanaman jagung berikutnya

3. Melakukan pergiliran tanaman, dengan tanaman yang bukan inang penyakit bulai sehingga tidak tersedia media tumbuh jamur

4. Perlakuan benih dengan fungisida, berbahan aktif belerang atau tembaga agar konidia yang terbawa benih  tidak tumbuh

5. Melakukan pengamatan rutin, jika ada indikasi serangan dapat segera diambil tindakan sanitasi sehingga  tidak sampai telat

6. Melakukan sanitasi lahan, dengan mencabut lalu membakar tanaman yang telah terserang bulai agar tidak menyebar ke tanaman yang sehat

7. Menggunakan varietas toleran, terhadap penyakit bulai  ehingga resiko terkena penyakit bulai dapat dicegah sedini mungkin


GALERI FOTO

Agenda

Tidak ada acara