Usaha budidaya tanaman cabe
menantang sekali dimana disatu sisi merupakan peluang usaha yang punya prospek
cerah disisi lain kendala dilapangan banyak sekali. Kondisi ini mudah dipahami oleh para pelaku
utama yaitu para petani cabe, karena tanaman cabe sangat riskan terhadap
serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Jika petani tidak jeli akan
berdampak pada terjadi hambatan serius yang disebabkan oleh serangan OPT.
Oleh
karena itu upaya perawatan tanaman cabe
secara intensif diperlukan sekali agar tanaman dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik serta jika ada gangguan OPT dapat terdeteksi secara dini sehingga tanaman selamat dan
kerugian pun dapat dihindari. Pada hakekatnya mencegah lebih baik dari pada
mengobati. Intensitas serangan OPT pada
level berat dapat menurunkan produksi,
bahkan kecenderungan gagal panen bisa saja terjadi.
Untuk
itu perlu sekali petani kita memahami dan mengenali secara baik tentang gejala-gejala
yang ditimbulkan oleh adanya serangan OPT tertentu. Kurangan pengetahuan akan
menghambat pada upaya pencegahan secara dini, alhasil kondisi sudah serangan
berat baru berusaha pencegahan sehingga hasilnya kurang maksimal dan tidak
efektif lagi.
Salah
satu OPT yang perlu diwaspadai adalah penyakit Virus Kuning. Penyakit
ini sangat merugikan karena bila tanaman cabe terserang penyakit virus kuning
atau Bule. Penyakit ini disebabkan oleh serangga yang disebut Besmisia
tabaci atau kutu kebul. Serangan virus kuning bisa berakibat pada penurunan
produksi cabe bahkan kecenderungan gagal panen
terbuka sekali, karena bila tanaman sudah terserang akan menghambat
pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Secara
kasat mata gejala serangan penyakit Virus
Kuning muda dikenali oleh petani
kita dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1)
Terjadi klorosis pada anak tulang daun
dari daun muda dan menyebar keseluruh bagian tanaman, hingga tampak
tanaman menguning,
2)
Daun mengeriting ke atas, menebal dengan ukuran yang mengecil,
3) Pertumbuhan terhambat/ kerdil. Jika ciri-ciri serangan penyakit Virus Kuning telah diketahui petani kita mampu menentukan langkah-langkah agar tanaman yang mereka usahakan dapat terhindar dari kerugian yang diakibatkan oleh serangan penyakit Virus Kuning ini. Langkah pengendalian dengan mengedepankan metode pengendalian secara PHT, agar supaya tanaman bisa aman tetapi lingkungan juga aman dari pencemaran yang diakibatkan oleh penggunaan pestisida yang kurang bijak.
Saran ajuran diberikan sebagai upaya langkah pencegahan
penyakit Virus Kuning, langkah ini dilakukan agar
serangan penyakit ini dapat
diminimalisir sedemikian rupa sehingga tanaman dapat terselamatkan dari
kehancuran. Apabila didaerah tertentu terindikasi ada serangan virus kuning,
diperlu beberapa langkah pencegahan agar kerugiian dapat terhendari. Ada
beberapa langkah anjuran yang dapat dilakukan petani cabe yaitu :
Pertama
melakukan sanitasi lingkungan dengan membersihkan gulma agar tidak
menjadi inang bagi virus, apabila sudah ada tanaman yang terserang selayaknya
dicabut kemudian tanaman yang sakit dan dibakar agar tidak menular ke yang
lain.
Kedua melakukan upaya preventif dengan penggunaan benih tahan virus
kuning karena benih yang tahan virus kuning akan meminimalisir tanaman terserang.
Ketiga langkah mengendalikan penyakit dengan kultur
teknik dan vektornya, tindakan ini dilakukan dengan cara treatment benih direndam kedalam air hangat bersuhu 500 C
selama satu jam serta upaya isolasi
pesemaian.
Keempat penggunaan
mulsa plastik, hal ini dilakukan guna
menekan pertumbuhan gulma menjadi inang bagi virus penyebab penyakit kuning
pada cabe, mesti biayanya mahal tetapi bila dilihat manfaatnya seimbang dengan hasilnya disamping pemakian
mulsa akan menghemat biaya penyiangan.
Kelima salah
satu pengendalian terpadu adalah dengan upaya pemanfaatan musuh alami seperti Monochilus
sexmaculatus, dengan pathogen Beauveria bassiana guna mengendsalikan
penyakit virus kuning. Hal ini dilakukan agar cost dapat ditekan sekaligus sebagai efektifitas
pengendalian OPT.
Keenam
penggunaan insektisida nabati, hal ini disarankan karena insektisida
nabati sangat murah dan mudah cara pembuatan disamping resiko akan residunya
rendah.
Ketujuh penanaman border (tanaman pembatas) seperti
penanaman tanaman jagung 5-6 baris, tumpangsari cabe kubis atau cabai tomat
(BPTP, 2008).
Saran
diatas diberikan agar petani cabe kita dapat terhindar dari kerugian yang
diakibatkan oleh serangan virus kuning. Upaya preventif dilakukan guna lebih
menekan serta mengisolasi tanaman jangan sampai terjangkit penyakit ini, karena
bila penyakit terlanjur menyerang tanaman akan membawa dampak pada biaya
pengendalian yang mahal.
Kita semua berharap agar usaha agribisnis budidaya cabe menjadi primadona bagi para petani yang menjanjikan pendapat yang tinggi. Bertolak dari tujuan tersebut dampak yang diharapkan dari agribisnis budidaya tanaman cabe adalah terjadinya perubahan sosial ekonomi petani kita, sekaligus sebagai sarana mengurangi kemiskianan dan penggangguran dipedesaan.
Created At : 2018-11-30 00:00:00 Oleh : YP SUNARDI PENYULUH PERTANIAN MADYA BPP KEC NGLUWAR Artikel Dibaca : 7598