PURING BERSALJU


Created At : 2017-09-20 00:00:00 Oleh : DIAN R HARSONO(POPT DISTAN PANGAN kab. Magelang) Berita Terkini Dibaca : 2996

Puring atau (Codiaeum varigatum) adalah tanaman outdoor yang mempunyai beragam jenis varietas. Daunnya yang tebal dan corak warna daun yang beragam membuat puring mempunyai penggemar tersendiri. Puring merupakan tanaman dataran rendah yang tahan panas, dapat hidup optimal pada suhu 27-32C. Puring banyak ditemukan di area makam/pekuburan, namun jenis puring yang banyak terdapat di makam adalah puring lokal dengan warna yang cenderung gelap dan bentuk yang memanjang.


Orang awam hanya mengetahui jenis puring yang ditanam di pekuburan, padahal puring mempunyai ratusan jenis, apalagi jika ada penyambungan baru dengan menghasilkan varietas baru. Contohnya puring kura, puring seribu bintang, puring telur, puring tri colour dll

Cara perkembangbiakan puring dapat dilakukan dengan biji dan stek. Perkembangbiakan dengan biji membutuhkan waktu yang lama. Perkembangbiakan lewat stek adalah cara yang cepat dan mudah. Selain itu para breeder juga mengembangkan puring varietas baru dengan cara menyambungkan 2 jenis puring yang berbeda.

Di balik cara perkembangbiakan dan perawatannya yang mudah, koleksi puring di Taman Anggrek Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang mengalami kendala. Kendala yang utama adalah serangan hama dan penyakit. Namun di musim kemarau ini serangan hama yang lebih dominan. Hama yang menyerang adalah jenis kutu putih atau kutu dompolan (Pseudococcus sp). Serangga ini tergolong dalam ordo Hemiptera dan famili Pseudococcidae.

Gejala serangan kutu dompolan tidak langsung terlihat, pada tanaman puring ditemukan pada daun dan menghisap cairan tanaman. Populasi yang tinggi menyebabkan seluruh bagian batang dan daun bagian bawah diselimuti serangga yang memproduksi lilin. Lapisan lilin tersebut berwarna putih menyelimuti tanaman sehingga tampak seperti diselimuti salju. Infestasi yang berat biasanya muncul pada percabangan dan daun dan disertai embun madu.


Akibat serangan berat menyebabkan daun rontok dan daun berwarna kusam, serangan pada pucuk daun menyebabkan pupus tidak tumbuh baik. Populasi kutu dompolan yang tinggi, memang cenderung meningkat pada musim kering/kemarau. Eksplosi terjadi akibat kelembaban nisbi turun sampai di bawah 70%, selama 3-4 bulan dan dikombinasikan dengan hari hujan kurang dari 10 hari per bulan. (Direktorat Perlindungan Hortikultura, 2013)

Bagaimana sebenarnya morfologi dan bioekologi kutu dompolan tersebut, mengapa hewan ini digolongkan ke dalam jenis serangga?. Sementara jika dilihat secara fisik dari kejauhan lebih mirip kumpulan kapas/salju yang menempel. Serangga dewasa betina ukurannya 3 mm warna kuning –merah jambu dan dilapisi lilin. Kutu betina biasanya tersamarkan oleh benang-benang lilin pendek dan berwarna putih serta membentuk koloni di bagian batang bawah dekat tanah. Kutu jantan berukuran lebih kecil dari kutu betina, berwarna coklat kemerahan dilengkapi sayap dan dua ekor lilin panjang. Jika kutu dipijit akan mengeluarkan cairan warna merah jambu .


Nimfanya berukuran 0,3 mm berwarna kekuningan pucat. Seluruh tubuh tertutup lilin putih. Serangga dewasa betina maupun belum dewasa memiliki warna sama, dan masing-masing memiliki 17 pasang “tungkai”berwarna putih. Kutu betina akan mati segera setelah menghasilkan sejumlah telur yang diletakkan dalam kantong telur. Kutu betina dapat menghasilkan telur sampai 600 telur

Cara pengendalian kutu dompolan yang menyerang puring dengan eradikasi sumber serangan (cara mekanis) dan dengan cara kimiawi. Cara mekanis dilakukan dengan membakar tanaman puring yang telah terinfestasi kutu dompolan. Memotong seluruh bagian tanaman dan membakarnya. Cara kimiawi dengan cara mengerik batang /daun yang terserang terlebih dahulu dengan ranting kayu/besi, kemudian disemprot dengan larutan insektisida berbahan aktif  profenofos 500 gr/l   dengan dosis 2 ml/ liter air.




 



 


GALERI FOTO

Agenda

Tidak ada acara